Home > Mancanegara

Iran Lirik J-10C China untuk Lawan Jet Tempur F-35I Israel

Ketergantungan Iran pada sistem rudal permukaan-ke-udara, seperti Bavar-373, terbukti tidak memadai melawan Israel.
Jet tempur Chengdu J-10C. Sumber: X
Jet tempur Chengdu J-10C. Sumber: X

TEHERAN -- Dalam pergeseran signifikan geopolitik di Timur Tengah, Iran mempercepat negosiasi dengan China untuk memperoleh jet tempur multiperan Chengdu J-10C. Hal itu menjadi sebuah langkah bagi Iran didorong oleh kegagalan kesepakatan yang telah lama dinanti-nantikan dengan Rusia untuk mendapatkan jet tempur Sukhoi Su-35.

Keputusan beralih ke China diambil setelah negeri Mullah tersebut mengalami konflik 12 hari yang menyakitkan dengan Israel dibantu Amerika Serikat (AS). Perang melawan dua musuh utama itu mengungkap kerentanan kritis dalam angkatan udara dan sistem pertahanan udara Iran yang semakin menua.

Peralihan Teheran ke Beijing dari Moskow, dilaporkan oleh surat kabar Khorasan milik Iran dan dikutip oleh Kommersant. Dikutip dari Bulgarian Military pada Sabtu (28/6/2025), langkah itu menandakan upaya putus asa Iran untuk memodernisasi armadanya yang bobrok di tengah meningkatnya ketegangan regional.

Perkembangan tersebut tidak hanya membentuk kembali strategi militer Iran, tetapi juga menggarisbawahi peran China yang semakin besar sebagai pemasok pertahanan di Teluk Persia, yang menimbulkan pertanyaan tentang dinamika kekuatan yang berubah di kawasan tersebut.

Menurut Military Balance 2025, yang diterbitkan oleh Institut Internasional untuk Studi Strategis, angkatan udara Iran memiliki sekitar 150 jet tempur sebelum konflik baru-baru ini, tetapi sebagian besar merupakan peninggalan era lampau. Tulang punggung armada tersebut terdiri jet tempur AS yang diperoleh era Shah Iran atau sebelum Revolusi Islam 1979, termasuk 64 jet F-4 Phantom II, 35 jet tempur F-5E/F Tiger II, dan 41 F-14A Tomcat.

Selain itu, Iran mengoperasikan 18 jet MiG-29A/UB yang diperoleh dari Uni Soviet pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Sebagian besar pesawat tempur itu terganggu oleh masalah perawatan, dengan banyak yang dianggap tidak beroperasi karena kurangnya suku cadang dan keahlian teknis.

Perang 12 hari baru-baru ini, yang dimulai pada 13 Juni 2025, mengungkap kekurangan kekuatan udara Iran. Operasi Rising Lion Israel, yang melibatkan jet tempur siluman F-35I dan pesawat serang F-15, membuat pertahanan udara Iran kewalahan, menargetkan fasilitas nuklir utama di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Sumber-sumber Iran memperkirakan kerugian hingga 30 persen dari armada operasional IRIAF, meskipun angka pastinya masih belum diverifikasi.

Ketergantungan Iran pada sistem rudal permukaan-ke-udara yang diproduksi di dalam negeri, seperti Bavar-373, terbukti tidak memadai terhadap peperangan elektronik canggih dan amunisi berpemandu presisi Israel. Konflik tersebut menunjukkan bahwa angkatan udara Iran, yang dulunya merupakan pemain regional yang tangguh, tidak sebanding dengan musuh modern yang dilengkapi dengan teknologi mutakhir.

Chengdu J-10C, yang sering disebut sebagai "Naga yang Kuat," adalah jet tempur multiperan bermesin tunggal yang dikembangkan oleh Chengdu Aerospace Corporation milik China. Diposisikan sebagai pesawat generasi 4,5, pesawat otu sebanding dengan F-16V milik AS dan Gripen E produksi Swedia dalam hal kemampuan dan biaya.

J-10C memiliki desain sayap delta yang ramping dengan sayap depan canard, yang menawarkan kemampuan manuver yang tinggi untuk misi udara-ke-udara dan udara-ke-darat. Jet tempur yang juga dioperasikan Pakistan tersebut sudah terbukti bisa merontokkan Rafale milik Angkatan Udara India.

Fitur menonjol J-10C adalah radar Active Electronically Scanned Array (AESA) KLJ-7A, yang memberikan deteksi dan pelacakan target yang unggul dibandingkan dengan radar lama yang dipindai secara mekanis. Jet tempur itu dapat membawa serangkaian persenjataan canggih, termasuk rudal udara-ke-udara PL-15, yang memiliki jangkauan yang dilaporkan melebihi 200 kilometer, menyaingi rudal setara buatan Barat seperti AIM-120D AMRAAM.

Dalam peperangan elektronik, J-10C dilengkapi dengan penanggulangan canggih, termasuk umpan inframerah dan dispenser sekam, untuk menghindari radar dan kunci rudal musuh. Jet tempur itu juga mendukung misi Penindasan Pertahanan Udara Musuh (SEAD) dan Penghancuran Pertahanan Udara Musuh (DEAD), yang penting untuk melawan jaringan pertahanan udara yang canggih.

Namun, kemampuan peperangan elektroniknya sebagian besar belum teruji dalam konflik intensitas tinggi melawan musuh, seperti Israel, yang menggunakan pertahanan berlapis dan sistem pengacauan mutakhir. Sistem tempur radio-elektronik Iran yang ada, seperti pesawat nirawak Karrar yang dikembangkan di dalam negeri, berpotensi terintegrasi dengan J-10C, tetapi rintangan teknis yang signifikan tetap ada karena perbedaan standar teknologi China dan Iran.

× Image