Home > Mancanegara

Mencari Kebebasan: Melarikan Diri dari Korut demi Kehidupan Baru

Begitu banyak orang di Korut yang masih hidup di bawah penindasan, kelaparan, dan tanpa kebebasan apa pun.
Para tentara wanita Korut. Sumber: Yonhap
Para tentara wanita Korut. Sumber: Yonhap

Oleh Choi Eun-hye

Nama saya Eun-hye Choi, seorang wanita berusia 27 tahun yang lahir dan dibesarkan di Korea Utara (Korut) dan sekarang tinggal di Korea Selatan (Korsel). Hingga saat ini, saya hidup dengan tenang, hampir bersembunyi, selalu takut bahwa pembelotan dan kehidupan saya di Korsel dapat membahayakan keluarga yang saya tinggalkan di Korut.

Kemudian saya baru-baru ini menerima berita yang menghancurkan-adik laki-laki saya meninggal tahun lalu karena sakit. Saya diliputi kemarahan dan kesedihan-atas ketidakberdayaan saya sendiri, dan atas rezim Korut yang menciptakan keadaan seperti itu.

Saya masih merasa berat hati ketika memikirkan keluarga saya dan sesama warga Korut yang terus menderita dalam diam. Demi merekalah saya ingin berbagi cerita saya. Saya lahir sebagai putri kedua dalam keluarga biasa di Korut.

Keluarga kami bahagia, sampai keluarga kami hancur berantakan oleh reformasi mata uang yang membawa bencana pada 2009. Dalam semalam, tabungan kami menjadi kertas tak berharga, dan orang tua saya terpaksa hidup dari hari ke hari untuk bertahan hidup. Di usia 15 tahun, saya harus berhenti sekolah dan membantu pekerjaan rumah serta berjualan di pasar. Saya belajar apa artinya bertahan hidup di usia muda.

Kemudian, saya mengetahui bahwa beberapa keluarga kaya bertahan hidup berkat uang yang dikirim oleh saudara-saudara yang membelot. Saat itulah "pembelotan" menjadi kemungkinan nyata dalam pikiran saya. Ketika berusia 18 tahun, saya bertanya pada diri sendiri, "Haruskah saya hidup seperti ini selamanya? Makan bubur jagung tanpa mimpi, tanpa masa depan?" Jawaban saya jelas: "Tidak." Saya tidak dapat lagi menemukan alasan untuk tinggal di Korut.

× Image